Selesai
menyantap Soto Banjar di atas perahu yang ditumpangi, perjalanan dilanjutkan ke
Pulau Kembang. Penghuni Pulau Kembang ini adalah monyet-monyet dan merupakan
tempat yang dilindungi oleh BKSDA atau Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Ada
beberapa pengunjung yang turun ke Pulau Kembang, dan melihat ke pulau serta
dikerubuti monyet. Terlihat ada 2 pawang wanita yang memegang tongkat untuk
menertibkan monyet-monyet. Beberapa pengunjung melempar pisang dan rambutan ke
arah monyet-monyet itu. Rupanya itu adalah kegunaan dari buah-buahan yang
dijual pedagang di Pasar Terapung tadi. Perahu yang ditumpangi tidak dapat
merapat ke dermaga tampaknya. Jadi hanya melempar buah-buahan yang dibeli ke
monyet-monyet yang berkeliaran di sekitar tambatan perahu. Mungkin airnya tidak
cukup dalam untuk perahu yang kami tumpangi. Sementara perahu yang
pengunjungnya mendarat ukuran perahu mereka sepertinya lebih kecil.
Minggu, 21 Februari 2016
Menikmati Soto Banjar
Tidak
berapa lama menikmati suasana di Pasar Terapung, perut terasa lapar. Untungnya
walau suasana tidak ramai seperti biasanya, masih ada perahu yang menjual Soto
Banjar untuk pengunjung Pasar Terapung sarapan pagi. Makanan yang dijual di
perahu ternyata tidak hanya Soto Banjar, melainkan ada juga Soto Ayam. Untuk
minuman ada teh dan kopi. Jadi perut yang terasa lapar bisa terhibur oleh
makanan dan minuman dari perahu yang menjualnya. Ternyata Soto Banjar yang
dijual di perahu memang enak. Rasanya tidak kalah atau bahkan lebih enak dari
Soto Banjar yang dijual di darat. Sesuai dengan judulnya, memang Tamba Lapar
meskipun sudah memakan Soto Banjar dengan ketupat sepiring dan beberapa tusuk
satai. Teh yang disuguhkan juga ternyata harum, mungkin ini juga teh harum
sejenis dengan teh yang pernah dibeli di toko oleh-oleh sewaktu datang ke
Banjarmasin bulan Oktober tahun lalu.
Ada Banyak Pedagang
Ada
banyak pedagang yang menjual pisang dan rambutan di perahunya. Tampaknya ini
dimaksudkan untuk para pengunjung yang ingin memberi makan buat monyet penghuni
Pulau Kembang. Pulau Kembang adalah pulau yang menjadi obyek wisata lainnya
selain Pasar Terapung.
Menuju Kuin
Sesampainya
di tempat penjemputan perahu yang akan membawa ke Pasar Terapung, waktu Sholat
Subuh sudah tiba. Di tempat penjemputan ternyata ada masjid kuno yang sudah
berusia ratusan tahun tampaknya. Masjid ini dibangun sepertinya menggunakan
kayu ulin atau kayu besi. Masjid dibangun atau diberi nama Sultan Suriansyah.
Setelah selesai melaksanakan Sholat Subuh di masjid yang sudah berusia ratusan
tahun tersebut, maka langsung menuju tambatan perahu. Perahu tampaknya sudah
menunggu kedatangan kami.
Tidak
lama melayari Sungai Martapura, perahu yang ditumpangi mulai masuk ke Sungai
Barito. Sungai Barito ini cukup lebar sehingga jarak dari sisi sungai ke sisi
seberang lainnya terlihat cukup jauh. Ada banyak kapal-kapal besar yang tampak
di Sungai Barito ini. Tidak berapa lama sampai di Pasar Terapung. Suasana di
Pasar Terapung tampaknya tidak terlalu ramai. Mungkin karena hari itu hari
Jum’at sehingga tidak banyak turis yang berkunjung. Pedagang di perahu juga
tidak banyak yang datang tampaknya.
Hari Masih Gelap
Hari
masih gelap ketika berangkat dari Hotel Banjarmasin International atau biasa
disebut HBI. Setelah menunggu sekitar setengah jam maka mobil yang akan membawa
kami ke Kuin sampai di hotel. Tidak menunggu terlalu lama maka mobil berangkat
menuju ke arah Kuin. Sengaja berangkatnya sewaktu hari masih gelap agar tidak
terlalu siang ketika sampai di pasar Terapung.
Langganan:
Postingan (Atom)